Dok. Pribadi |
Niat
Tekad yang kuat
karena niat yang ikhlas untuk mengharap Ridho orang tua dan meraih rahmat-Nya
adalah modal utama bagiku untuk berjuang menggapai impian. Sejalan dengan hal
tersebut, memang telah lama aku memdamba-dambakan kampus ini, dari dalam lubuk
hati rasa-rasanya jiwaku telah terpaut di kampus ini.
Permulaan
Awal
kisah ini bermula tatkala saya masih duduk di bangku kelas sepuluh SMA, melihat
dan mengobservasi kakak kelas yang sedang kebingungan mencari tempat labuhan
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. Berawal dari hal
tersebut kemudian saya juga ikutan berpikir hendak kemanakah kaki ini beranjak
setelah lulus dari Boarding School ini. Satu demi satu cerita dan pengalaman
seputar dunia perkuliahan mulai kerap terdengar, satu hal yang membuatku
tertarik untuk mengetahuinya lebih dalam, yakni sekolah kedinasan. Sekolah
perguruan tinggi yang dijamin mendapatkan jatah ASN bagi lulusannya. Satu nama
mencuat, PKN STAN, sekolah kedinasan di bawah kementerian keuangan.
Ketertarikan
Kebetulan
sekali di SMA ku hanya ada satu jurusan, MIPA, mau tidak mau pada akhirnya saya
akan berjibaku dengan mata pelajaran hitung-hitungan seperti Fisika, Kimia, dan
Matematika. Sebenarnya saya tidak terlalu keberatan jika harus belajar ke semua
hal di atas, tetapi jika dipikir-pikir arah kedepannya sedikit kurang relevan
(anggapan bagi sebagian orang) karena cita-cita saya kala itu adalah menjadi
seorang manajer perusahaan. Saya begitu tertarik dengan pernak-pernik dunia
ekonomi dan seluk beluknya, nampak begitu gemerlap dan misterius. Saya ingin
mengetahui bagaimana sebuah kepala negara mengatur pemerintahannya, seorang
manajer perusahaan memimpin jalannya perusahaan, seorang direktur bank sentral
mengelola kebijakan moneternya, seorang menteri keuangan mengelola kas negara,
dan masi banyak lagi lainnya. Dari kesemua hal tersebut mengarahkan diriku
melirik studi terkait manajemen dan ekonomi.
PKN STAN
Jika
dibandingkan dengan PTN, sekolah kedinasan akan lebih menjanjikan dari segi
kepastian pekerjaan mapan. Sejalan dengan hal tersebut kakak tertua mendorong saya
untuk memprioritaskan sekolah kedinasan sebagai pilihan pertama, wal hasil PKN
STAN lah yang paling relevan dengan kemampuan dan fasion saya. Sedikit demi
sedikit saya mulai menjelajahi dunia per-ambisan PKN STAN dari mulai tahapan seleksi
TPA dan TBI yang pada saat ini sudah tidak relevan, melahap ratusan soal SKD,
dan membiasakan diri latihan fisik (pull up, push up, dan shit up). Selain
faktor utama yang memengaruhi saya jatuh hati pada pilihan itu ada faktor lain
yang turut andil memengaruhi diri dalam mengambil keputusan itu, tak sedikit
cerita yang kudengar bagaimana bahagianya bisa lolos seleksi dan menjadi
mahasiswa, seperti ada kebanggan tersendiri, toh mungkin sebab sulitnya tahapan
selesksi dan banyaknya pesaing. Hal tersebut yang menyulut bara api jiwa
juangku untuk memantapkan diri memilih jalan untuk merengkuh kampus ini.
Langkah Juang
Sesuai aturan
seleksi penerimaan mahasiswa baru tahun 2022/2023 ada empat tahapan meliputi
seleksi administrasi (nilai rapor minim 7, rata-rata nilai utbk TPS minim 600
dan TBI minim 450), tes SKD (serupa dengan tes CPNS terdiri dari TIU, TWK,
TKP), tes fisik (lari 12 menit, pull up,
push up, shit up, dan shuttle run) & tes psikologi, dan diakhiri dengan tes
wawancara. Langkah pertama yang meski saya siapkan adalah menghadapi SBMPTN
yang menjadi salah satu syarat seleksi tersebut dan saya berpikir penting bagiku
untuk memiliki kampus cadangan mengingat pengumuman lolos di PKN STAN adalah
yang paling terakhir sekitar bulan Agustus seingat saya. Maka dari itu saya fokus
belajar materi SBMPTN Soshum karena memang jurusan yang saya incar Manajemen
Unair di pilihan pertama dan Manajemen Unesa di pilihan kedua.
Usaha yang saya
tempuh cukup beragam mulai dari bimbingan kelas, paket belajar SBMPTN
ruang_guru, dan buku Wangsit telah menjadi asupan otak setiap harinya terutama
ketika masuk di kelas duabelas. Masa-masa seperti itu sangat indah untuk
dikenang, seakan-akan dunia ini hanya untuk satu tujuan, keterima di PTN
impian. Pagi siang malam yang dipikirkan hanya satu, belajar belajar dan
belajar. Terlebih lagi ketika tahun ajaran telah berakhir dan rangkaian ujian
sekolah telah kulalui, posisi sedang di rumah dan itulah saatnya mengambis
dengan membabi buta haha. Belajar seperti tiada lelahnya, review materi, drill
soal, dan try out tiap akhir pekan.
UTBK
Menjelang
ujian masuk PTN saya lebih menenangkan dan sesekali ikut Try Out hanya untuk
memastikan diriku siap menghadapi gempuran soal-soal. H-3 saya sama sekali
tidak membuka buku atau mereview materi, hari tenang. Aku memilih lokasi ujian
di Universitas Negeri Surabaya karena lokasinya yang paling dekat, tidak ada
sistem acak tanggal pelaksanaan ujian, dan banyak pula teman seangkatan yang
memilih lokasi di Unesa (Universitas Surabaya). Sahabat dekat saya, Kholil
Ahya, dan tiga teman lainnya sepakat untuk berangkat bersama dari rumah Kholil
Ahya (Bojonegoro) dan akan menginap di rumah keluarga jauhnya yang ada di
Surabaya.
Perjalanan
menuju Surabaya berjalan cukup lancar hanya saja kami terjebak macet jalanan
yang sedang diperbaiki di daerah Duduk, Gresik. Selepas adzan magrib barulah
kami sampai di rumah yang kami tuju, selepas beberes diri kami langsung
beristirahat untuk menjaga tubuh agar segar bugar esok harinya. Pagi subuh dini
hari, kami telah berkesiap dan berdandan rapi, siap “membantai” UTBK. Sepanjang
mengerjakan soal saya merasa percaya diri karena cukup banyak materi yang saya
pelajari muncul di soal, tetapi mungkin kesulitan ada di soal habasa Inggris
karena solanya terdiri atas duapuluh soal dengan batas waktu 12,5 menit.
Selepas ujian,
kami berempat healing-healing berkeliling Surabaya (Mall PTC nonton
film, Richeese Factory, Cintraland dan rumah teman deket Surabaya). Setelah semuanya
usai kami pulang dan disitulah saat kami pasrah terkait hasil ujian yang akan
diumumkan sebulan kemudian. Waktu menanti seperti inilah baiknya digunakan
untuk menyiapkan diri menghadapi ujian kedianasan.
Singgahan
Sebuah
kecamatan kecil di daerah Kabupaten Tuban, berdekatan dengan Kabupaten
Bojonegoro (tempat tinggalku). Berawal dari informasi yang disampaikan oleh
guru SMA ku, kebetulan beliau juga pernah di sana, ada sebuah bimbel kedinasan
yang worth it, kata guru ku. Wal hasil saya mendiskusikan hal itu
bersama keluarga dan menghasilkan keputusan yang membawaku ikut bimbel di sana
selama beberapa bulan untuk persiapan SKD dan Fisik. Jika boleh jujur
sebenarnya saya hanya mengejar tes fisik yang menurutku tidak akan bisa kukejar
jika hanya latihan di rumah saja karena beragam faktor, contohnya malas dan
tidak ada teman yang se-visi. Bisa dibayangkan saja di Singgahan itu tiap hari
ada empat sampai lima paket latihan soal yang nantinya akan dibahas di hari itu
juga, latihan fisik mulai lari duabelas menit, suttle run, pull up, sit up
(fasiitas lengkap) bersama tentor yang menurutku cukup berpengalaman setingkat
tes fisik kedinasan.
Selama
delapan belas hari saya menginap di Singgahan (kebetulan disediakan
penginapan), banyak ilmu dan teman baru yang saya dapatkan. Perkembangan setiap
harinya pun mengalami kenaikan terutama ketahanan jantung (lari duabelas
menit). Kemudian pulang sebentar untuk
melihat pengumuman UTBK dan sekalian mengurus daftar ulang jika memang lolos.
Puji Tuhan takdir meng-iyakan, Manajemen Unair melambai-lambaikan tanganya, iya
Unair aku datang. Ternyata banyak pula teman-teman yang mendapat kabar baik
terkait pengumuna seleksi SBMPTN, ada lima orang yang keterima di Unair lewat
jalur ini, seperti biasa budaya kebersamaan kami tak pernah luntur,
berangkatlah kami bersama-sama menaiki kereta. Selepas menyelesaikan semua
administrasinya kami pulang dengan wajah bangga tersimpan almamater Unair di
tas kami masing-masing.
Selain
keterima di Unair ternyata Puji Tuhan saya dinayatakan lolos tahap administrasi
dan lanjut ke tes berikutnya (SKD). Maka baliklah saya berkhalwat di Singgahan
tempat menimba ilmu. Sedikit cerita bagaimana kondisi tempat saya belajar ini,
daerah Singgahan ini tergolong desa yang masih terjaga kearifan lokalnya,
nampak pada bungkus makanan yang masih memakai dedaunan (daun pisang dan daun
jati), harga seporsi sarapan hanya lima ribu rupiah (menu nasi campur : nasi,
tempe, tahu, mie, dan sayur), menu makanan yang dijual juga khas pedesaan (pecel,
lodeh, dan nasi campur), jarak antar rumah cukup luas karena terbelah oleh
persawahan, dan keindahan alamnya (perbukitan, hutan, dan persawahan).
Hari-hari
berjalan seperti rutinitas yang terjadwal, pagi hari lari, jam delapan sarapan,
jam sembilan ngerjakan paket soal, makan siang, dan jam dua bimbel dimulai.
Sore harinya lanjut latihan fisik dan olahraga bebas sampai menjelang magrib,
makan malam, dan sebelum tidur Try Out dulu. Seperti itulah keseharian di
tempat khalwatku, hanya pulang menjelang panggilan tes seleksi.
Tes SKD
Lokasi
tes berada di Sidoarjo, dekat Surabaya, perjalanan dari Bojonegoro memerlukan
waktu dua setengah jam jika lancar. Saya bersama kakak tertua saya berangkat
dari terminal Bojonegoro sekitar pukul sepuluh siang dan estimasi sampai di
terminal Bungurasih pukul satu atau dua siang. Diluar dugaan kami diperjalanan
terjebak macet parah dan bus yang kami tumpangi banyak sekali berhenti di
pinggir-pinggir jalan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Wal hasil
perjalanan molor sampai dua kali lipat, lima jam kami berjibaku di dalam bus
yang dikepung macetnya lalu lintas. Di dalam bus aku hanya diam dan bersabar,
mungkin ini adalah cara Tuhan menguji kesabaran seorang hamba, layakkah hamba
ini dkabulkan doa-doanya. Dengan kelapangan hati aku menerima semua yang telah
terjadi seraya bersyukur karena dalam perjalanan diberikan keselamatan sampai
tujuan.
Sampailah
kami berdua di terminal Bungurasih, Surabaya. Selepas rehat dan sholat ashar,
kami bermaksud mencari penginapan di sekitar lokasi tes (BKN Sidoarjo).
Sesampainya di penginapan yang tidak terlalu jauh dari terminal Bungurasih dan
cukup jalan kaki dari lokasi tes, kami bebersih diri dan lanjut cari makan
karena perut ini sejak tadi pagi belum diisi nasi. Warung kecil di depan gang,
seorang ibu-ibu paruh baya berdiri di sana, kami menghampiri dan memesan dua
porsi makan malam dan dua gelas tes hangat.
Makanan
datang dan ludes seketika, maklum perut sudah keroncongan sulit dikendalikan.
Ibu penjual nasi mengajak ngobrol kami berdua dan kami pun terus terang
kedatangan kami di Sidoarjo ini. Ibu itu mendoakan saya agar diberikan
kelancaran dan keberkahan hasil yang terbaik untuk tes besok. Kami berdua pun
meng-amin-i dan berucap terima kasih, doa dari orang yang tulus bagiku adalah
sebuah karunia terbesar yang membuat hatiku adem ayem. Setelah membayar
tagihan makan, kami berdua kembali ke penginapan dan beristirahat menyambut
hari esok yang penuh tanda tanya.
Keesokan
harinya, setelah sarapan roti dan susu, saya dan kakak saya berjalan kaki
menuju lokasi tes yang tak lebih dari lima ratus meter jika diukur dari
penginapan. Pengantar tidak diperkenankan memasuki gerbang lokasi tes, alhasil
saya sendirian masuk ke lokasi tes. Ternyata di sana telah banyak berjajar
peserta tes yang menunggu antrian masuk ke gedung. Segeralah saya bergabung
dengan mereka, kala itu kami berpakaian layaknya seorang pelamar kerja, kemeja
putih dan bawahan hitam sambil menenteng amplop berkas lamaran. Setelah semua
berkas verifikasi valid, kami mulai satu per satu memasuki ruang tes. Entah
mengapa kala itu tidak ada rasa takut, khawatir atau cemas sama sekali, saya
merasa yakin bisa menjawab semua soal dengan baik. Puji Tuhan setelah waktu tes
selesai, saya dengan wajah full senyum keluar ruangan karena nilaiku
cukup terbilang tinggi, semakin optmis diriku ini. Whahaha.
Tes Fisik dan Psikologi
Malang
adalah kota selanjutnya yang menjadi saksi bisu perjuangan, lagi-lagi saya
ditemani oleh kakak tertua, tetapi kali ini kami memilih naik kereta sampai ke
Surabaya dan melanjutkan perjalanan dengan naik bus kota sampai ke Malang. Kami
berdua berangkat dari jauh-jauh hari (H-2) tujuannya untuk memulihkan fisik
selepas perjalanan jauh. Karena jika datang di penginapan H-1 terlalu berisiko
untuk kebugaran fisik yang mana tes kali ini mengandalkan kemampuan fisik.
Lokasi
tes berada di batalyon TNI AU, Abdurrahman Saleh, perjalanan motor memerlukan
waktu tempuh seperempat jam dari lokasi penginapan. Sesampainya di lokasi,
terlebih dahulu dilakukan pengecekan berkas lalu dilanjut tes kesehatan. Tes
kesehatan tersebut meliputi pengukuran tinggi dan berat badan, tekanan darah,
tes buta warna, mata rabun, dan wawancara dengan dokter. Setelah semua selesai,
lanjut menuju tes kebugaran yang terdiri dari lari duabelas menit, pull up,
push up, sit up, dan suttle run.
Para
peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menjalani tes, tetapi
penilaiannya tetap tiap individu. Tes paling awal adalah lari duabelas menit,
saya memimpin di urutan paling depan dengan sepatu running (hasil minjem
temen) yang sangat compatible untuk perlombaan lari semacam ini. Napasku
terengah-engah ketika mencapai putaran ke empat, sekuat mungkin diriku ini
kupaksaka untuk mencapai garis akhir tanpa berhenti berlari, inilah puncak
akhir dari latihan lariku selama dua bulan terakhir, hasilnya harus yang paling
maksimal, begitu kira-kira saya menyemangati diriku sendiri di tengah napas
yang terengah-engah.
Istirahat
selama sepuluh menit dan lanjut push up (43kali), pull up (13kali), sit up
(39kali), dan suttle tun (19detik). Setelah semua rangkaian tes hari ini
selesai saya beranjak pulang dengan kakak saya yang telah menunggu di gerbang
depan. Maka kami kembali ke penginapan dan beristirahat. Malam harinya teman
saya se-angkatan SMA menghubungi saya, kebetulan dia sedang berada di Malang.
Dia pun datang menemuiku di area penginapan bersama Pak Dhe nya, seorang
pensiunan TNI AU. Kami berbincang sejenak dan saling mendoakan untuk kesuksesan
tes yang tengah kujalani, kesuksesan temanku di kampus yang telah menerimanya,
UM.
Tes
Psikologi berlokasi di Kantor BDK Malang yang jaraknya sepuluh menit dari
penginapan. Kala itu saya datang lebih cepat karena hendak sekalian cari
sarapan. Karena tak kunjung menemukan tempat makan dekat lokasi tes, akhirnya
kami berdua mengorder go-food. Setelah orderan sampai, segeralah
kusantap nasi sambal ayam dengan lahap di bawah rindanganya pohon pinggir
jalan. Makanan kutandaskan dan kuteguk air minum secukupnya, berpamitan pada
kakak dan masuk ke gedung BDK, siap membantai soal-soal ujian. Tak banyak yang
dapat saya ceritakan terkait soal-soal tes psikologi karena adanya hitam di
atas putih (pakta integritas) yang mengikat kesepakatan. Singkat cerita tes
berjalan lancar jaya dan kami berdua balik ke Bojonegoro dengan selamat dan
sentosa.
Tes Wawancara
Akhir
dari segala akhir, sayang sekali rasanya jika tidak maksimal dalam tes kali
ini. Sempat saya berkonsultasi panjang lebar dengan guru saya yang ada di
Singgahan mengenai tips-tips menjawab pertanyan wawancara. Mencari tutorial di
youtube, bertanya pada yang lebih berpengalaman, dan latihan di depan cermin.
Setelah siap materi dan mental, berangkatlah saya menuju BDK Malang, lokasi tes
penentuan akhir nasib saya. Memasuki ruangan, registrasi, dan mulai wawancara.
Wawancara dilakukakan secara online di ruang BDK, setiap peserta menempati satu
ruangan. Pewawancara langsung dari panitia pusat, jadi petugas yang ada di BDK
Malang hanya sebagai penyedia teknis pelaksanaan.
Wawancara
berjalan dengan lancar dan sumringah, tak jarang saya melempar senyuman maut
untuk membuat situasi wawancara lebih cair dan menyenangkan. Tahap pertama saya
diwawancarai oleh satu orang (lelaki) dan di tahap dua oleh dua orang
(perempuan semua). Masing-masing wawancara berdurasi kurang lebih 45 menit
dengan ruang lingkup pertanyan yang berbeda. Setelah wawancara usai, saya lekas
menuju keluar gerbang dan menemui kakak. Sebelum kami pulang, terlebih dahulu kami
sempatkan untuk healing kecil-kecilan di Museum Brawijaya, Malang.
Singgah di Surabaya
Ibarat
kata singgah tapi tak sungguh. Selama dua minggu aku akan menetap di Surabaya
bersama dulur SMA yang menyewa sebuah rumah dekat kampus B Unair selagi
menunggu pengumuman akhir PKN STAN. Selama dua minggu ini pula saya akan
menjalani serangkaian PPKMB di Kampus Unair. Hari-hari penuh kesibukan
penugasan dari kakak tingkat yang menjadi panitia Ospek. Setelah menjalani
semua masa orientasi akhirnya tiba di penghujung acara, yaitu penutupan PPKMB.
Acara tersebut dirancang cukup mewah dan diakhir acara ada kejutan yang tak
disangka-sangka, kedatangan dua gubernur Jawa, Pak Ganjar Pranowo (Jawa Tengah)
dan Bu Khofifah Indar Parawansa (Jawa Timur). Tak hanya itu acara ditutup
dengan penampilan Band Kotak yang mengguncang aula kampus sampai seisi ruangan
bergetar.
Setelah
rangakaian ospek selesai, saatnya perkuliahan Unair dimulai, sementara
pengumuman seleksi PKN STAN semakin dekat. Tinggal menghitung hari, hari
pertama perkuliahan Unair, malam harinya pengumuman STAN. Dag dig dug. Akankah
hari pertamaku kuliah di Unair menjadi sekaligus hari terakhirku kuliah di
Unair. Untuk hasil semua kupasrahkan pada yang Maha Kuasa.
Hari
pertama kuliah saya pulang persis ketika adzan isya’ berkumandang, saya kala
itu tidak balik ke kontrakan yang dekat kampus B. melainkan di kontrakan lain
(deket kampus C) milik kawan se-angkatan SMA juga. Di sana kami berkumpul menyaksikan
pergantian malam yang penuh mendebarkan, kata kebanyakan orang, malam puncak
penantian, tetapi kala itu sempatkan untuk tidur dari pukul sepuluh malam
sampai jam tayang pengumuman (biasanya tengah malam). Toh jika memang rezeki
tak akan kemana, ditinggal tidur pun takdir Allah tetap jalan, begitu kira-kira
uneg-uneg hatiku kala itu.
Benar
saja, saya dibangunkan oleh teman secara keroyokan, lekas saya membuka laman
pengumuman, perlahan memasukkan username dan password, mengunduh
file pengumuman, dan mulai membaca perlahan isi pengumuman. Ketika kuketik
namaku di pencarian, tak kunjung muncul namaku (0/0), hatiku mulai dag dig dug,
apa iya saya ga lolos padahal ini sudah di babak paling akhir. Ya Allah opo
Panjengengan Tego?. Sejenak kemudian saya menenagkan diri, ternyata data
yang ditampilkan tadi untuk prodi Akuntansi Sektor Publik, sedangkan prodi yang
kujadikan prioritas adalah Manajemen Keuangan Negara, wal hasil hati kembali
tenang. Kawan-kawanku turut menenangkan diriku, Ya Kali Ga Lolos, coba
cek yang MKN. Alhamdulillah, Puji Tuhan namaku terpampang jelas di lampiran
pengumuman beriringan tanggal daftar ulang yang mengantarku ke gerbang
Politeknik Keuangan Negara STAN. Sorak sorai memenuhi seisi kontrakan, gemuruh
suara menggelegar memecah kesunyian malam. Ramai-ramai teman memberi ucapan
selamat, baik teman yang ada di kontrakan atau ucapan selamat dari secara
virtual. Berbondong-bondong mereka membikin Status Whats App, foto
bergambar wajah saya memegang laptop yang menampilkan portal pengumuman serta
tertulis di bawahnya PKN STAN is Real. Segera kukabari kedua orang tuaku
yang ada di rumah dan katanya beliau tak bisa tidur semaleman menunggu kabar
pengumuman dariku. Terima kasih Tuhan, terima kasih malam.
Bintaro, 16 Januari 2023
Ketika Tuhan mencumbui dan menggoda; terjebak macet arah Surabaya.
BalasHapusSeperti halnya makanan, orang luar biasa juga memerlukan bumbu dan proses yang luar biasa pula. Kura2 begitu.
Satu lagi, petuah Imam Syafii yg selalu terngiang: "orang yg tak mau merasakan lelahnya belajar, maka kelak harus mau menanggung pedihnya kebodohan"
Mamgats lur, ini baru langkah awal!
bismillah
BalasHapus