Selasa, 24 Januari 2023

Kisah Juang

Dok. Pribadi


Niat

Tekad yang kuat karena niat yang ikhlas untuk mengharap Ridho orang tua dan meraih rahmat-Nya adalah modal utama bagiku untuk berjuang menggapai impian. Sejalan dengan hal tersebut, memang telah lama aku memdamba-dambakan kampus ini, dari dalam lubuk hati rasa-rasanya jiwaku telah terpaut di kampus ini.

 

Permulaan

            Awal kisah ini bermula tatkala saya masih duduk di bangku kelas sepuluh SMA, melihat dan mengobservasi kakak kelas yang sedang kebingungan mencari tempat labuhan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang perguruan tinggi. Berawal dari hal tersebut kemudian saya juga ikutan berpikir hendak kemanakah kaki ini beranjak setelah lulus dari Boarding School ini. Satu demi satu cerita dan pengalaman seputar dunia perkuliahan mulai kerap terdengar, satu hal yang membuatku tertarik untuk mengetahuinya lebih dalam, yakni sekolah kedinasan. Sekolah perguruan tinggi yang dijamin mendapatkan jatah ASN bagi lulusannya. Satu nama mencuat, PKN STAN, sekolah kedinasan di bawah kementerian keuangan.

 

Ketertarikan

            Kebetulan sekali di SMA ku hanya ada satu jurusan, MIPA, mau tidak mau pada akhirnya saya akan berjibaku dengan mata pelajaran hitung-hitungan seperti Fisika, Kimia, dan Matematika. Sebenarnya saya tidak terlalu keberatan jika harus belajar ke semua hal di atas, tetapi jika dipikir-pikir arah kedepannya sedikit kurang relevan (anggapan bagi sebagian orang) karena cita-cita saya kala itu adalah menjadi seorang manajer perusahaan. Saya begitu tertarik dengan pernak-pernik dunia ekonomi dan seluk beluknya, nampak begitu gemerlap dan misterius. Saya ingin mengetahui bagaimana sebuah kepala negara mengatur pemerintahannya, seorang manajer perusahaan memimpin jalannya perusahaan, seorang direktur bank sentral mengelola kebijakan moneternya, seorang menteri keuangan mengelola kas negara, dan masi banyak lagi lainnya. Dari kesemua hal tersebut mengarahkan diriku melirik studi terkait manajemen dan ekonomi.

 

 

PKN STAN

            Jika dibandingkan dengan PTN, sekolah kedinasan akan lebih menjanjikan dari segi kepastian pekerjaan mapan. Sejalan dengan hal tersebut kakak tertua mendorong saya untuk memprioritaskan sekolah kedinasan sebagai pilihan pertama, wal hasil PKN STAN lah yang paling relevan dengan kemampuan dan fasion saya. Sedikit demi sedikit saya mulai menjelajahi dunia per-ambisan PKN STAN dari mulai tahapan seleksi TPA dan TBI yang pada saat ini sudah tidak relevan, melahap ratusan soal SKD, dan membiasakan diri latihan fisik (pull up, push up, dan shit up). Selain faktor utama yang memengaruhi saya jatuh hati pada pilihan itu ada faktor lain yang turut andil memengaruhi diri dalam mengambil keputusan itu, tak sedikit cerita yang kudengar bagaimana bahagianya bisa lolos seleksi dan menjadi mahasiswa, seperti ada kebanggan tersendiri, toh mungkin sebab sulitnya tahapan selesksi dan banyaknya pesaing. Hal tersebut yang menyulut bara api jiwa juangku untuk memantapkan diri memilih jalan untuk merengkuh kampus ini.

           

Langkah Juang

Sesuai aturan seleksi penerimaan mahasiswa baru tahun 2022/2023 ada empat tahapan meliputi seleksi administrasi (nilai rapor minim 7, rata-rata nilai utbk TPS minim 600 dan TBI minim 450), tes SKD (serupa dengan tes CPNS terdiri dari TIU, TWK, TKP),  tes fisik (lari 12 menit, pull up, push up, shit up, dan shuttle run) & tes psikologi, dan diakhiri dengan tes wawancara. Langkah pertama yang meski saya siapkan adalah menghadapi SBMPTN yang menjadi salah satu syarat seleksi tersebut dan saya berpikir penting bagiku untuk memiliki kampus cadangan mengingat pengumuman lolos di PKN STAN adalah yang paling terakhir sekitar bulan Agustus seingat saya. Maka dari itu saya fokus belajar materi SBMPTN Soshum karena memang jurusan yang saya incar Manajemen Unair di pilihan pertama dan Manajemen Unesa di pilihan kedua.

Usaha yang saya tempuh cukup beragam mulai dari bimbingan kelas, paket belajar SBMPTN ruang_guru, dan buku Wangsit telah menjadi asupan otak setiap harinya terutama ketika masuk di kelas duabelas. Masa-masa seperti itu sangat indah untuk dikenang, seakan-akan dunia ini hanya untuk satu tujuan, keterima di PTN impian. Pagi siang malam yang dipikirkan hanya satu, belajar belajar dan belajar. Terlebih lagi ketika tahun ajaran telah berakhir dan rangkaian ujian sekolah telah kulalui, posisi sedang di rumah dan itulah saatnya mengambis dengan membabi buta haha. Belajar seperti tiada lelahnya, review materi, drill soal, dan try out tiap akhir pekan.

 

UTBK

            Menjelang ujian masuk PTN saya lebih menenangkan dan sesekali ikut Try Out hanya untuk memastikan diriku siap menghadapi gempuran soal-soal. H-3 saya sama sekali tidak membuka buku atau mereview materi, hari tenang. Aku memilih lokasi ujian di Universitas Negeri Surabaya karena lokasinya yang paling dekat, tidak ada sistem acak tanggal pelaksanaan ujian, dan banyak pula teman seangkatan yang memilih lokasi di Unesa (Universitas Surabaya). Sahabat dekat saya, Kholil Ahya, dan tiga teman lainnya sepakat untuk berangkat bersama dari rumah Kholil Ahya (Bojonegoro) dan akan menginap di rumah keluarga jauhnya yang ada di Surabaya.

            Perjalanan menuju Surabaya berjalan cukup lancar hanya saja kami terjebak macet jalanan yang sedang diperbaiki di daerah Duduk, Gresik. Selepas adzan magrib barulah kami sampai di rumah yang kami tuju, selepas beberes diri kami langsung beristirahat untuk menjaga tubuh agar segar bugar esok harinya. Pagi subuh dini hari, kami telah berkesiap dan berdandan rapi, siap “membantai” UTBK. Sepanjang mengerjakan soal saya merasa percaya diri karena cukup banyak materi yang saya pelajari muncul di soal, tetapi mungkin kesulitan ada di soal habasa Inggris karena solanya terdiri atas duapuluh soal dengan batas waktu 12,5 menit.

Selepas ujian, kami berempat healing-healing berkeliling Surabaya (Mall PTC nonton film, Richeese Factory, Cintraland dan  rumah teman deket Surabaya). Setelah semuanya usai kami pulang dan disitulah saat kami pasrah terkait hasil ujian yang akan diumumkan sebulan kemudian. Waktu menanti seperti inilah baiknya digunakan untuk menyiapkan diri menghadapi ujian kedianasan.

 

Singgahan

            Sebuah kecamatan kecil di daerah Kabupaten Tuban, berdekatan dengan Kabupaten Bojonegoro (tempat tinggalku). Berawal dari informasi yang disampaikan oleh guru SMA ku, kebetulan beliau juga pernah di sana, ada sebuah bimbel kedinasan yang worth it, kata guru ku. Wal hasil saya mendiskusikan hal itu bersama keluarga dan menghasilkan keputusan yang membawaku ikut bimbel di sana selama beberapa bulan untuk persiapan SKD dan Fisik. Jika boleh jujur sebenarnya saya hanya mengejar tes fisik yang menurutku tidak akan bisa kukejar jika hanya latihan di rumah saja karena beragam faktor, contohnya malas dan tidak ada teman yang se-visi. Bisa dibayangkan saja di Singgahan itu tiap hari ada empat sampai lima paket latihan soal yang nantinya akan dibahas di hari itu juga, latihan fisik mulai lari duabelas menit, suttle run, pull up, sit up (fasiitas lengkap) bersama tentor yang menurutku cukup berpengalaman setingkat tes fisik kedinasan.

            Selama delapan belas hari saya menginap di Singgahan (kebetulan disediakan penginapan), banyak ilmu dan teman baru yang saya dapatkan. Perkembangan setiap harinya pun mengalami kenaikan terutama ketahanan jantung (lari duabelas menit).  Kemudian pulang sebentar untuk melihat pengumuman UTBK dan sekalian mengurus daftar ulang jika memang lolos. Puji Tuhan takdir meng-iyakan, Manajemen Unair melambai-lambaikan tanganya, iya Unair aku datang. Ternyata banyak pula teman-teman yang mendapat kabar baik terkait pengumuna seleksi SBMPTN, ada lima orang yang keterima di Unair lewat jalur ini, seperti biasa budaya kebersamaan kami tak pernah luntur, berangkatlah kami bersama-sama menaiki kereta. Selepas menyelesaikan semua administrasinya kami pulang dengan wajah bangga tersimpan almamater Unair di tas kami masing-masing.

            Selain keterima di Unair ternyata Puji Tuhan saya dinayatakan lolos tahap administrasi dan lanjut ke tes berikutnya (SKD). Maka baliklah saya berkhalwat di Singgahan tempat menimba ilmu. Sedikit cerita bagaimana kondisi tempat saya belajar ini, daerah Singgahan ini tergolong desa yang masih terjaga kearifan lokalnya, nampak pada bungkus makanan yang masih memakai dedaunan (daun pisang dan daun jati), harga seporsi sarapan hanya lima ribu rupiah (menu nasi campur : nasi, tempe, tahu, mie, dan sayur), menu makanan yang dijual juga khas pedesaan (pecel, lodeh, dan nasi campur), jarak antar rumah cukup luas karena terbelah oleh persawahan, dan keindahan alamnya (perbukitan, hutan, dan persawahan).

            Hari-hari berjalan seperti rutinitas yang terjadwal, pagi hari lari, jam delapan sarapan, jam sembilan ngerjakan paket soal, makan siang, dan jam dua bimbel dimulai. Sore harinya lanjut latihan fisik dan olahraga bebas sampai menjelang magrib, makan malam, dan sebelum tidur Try Out dulu. Seperti itulah keseharian di tempat khalwatku, hanya pulang menjelang panggilan tes seleksi.

 

Tes SKD

            Lokasi tes berada di Sidoarjo, dekat Surabaya, perjalanan dari Bojonegoro memerlukan waktu dua setengah jam jika lancar. Saya bersama kakak tertua saya berangkat dari terminal Bojonegoro sekitar pukul sepuluh siang dan estimasi sampai di terminal Bungurasih pukul satu atau dua siang. Diluar dugaan kami diperjalanan terjebak macet parah dan bus yang kami tumpangi banyak sekali berhenti di pinggir-pinggir jalan untuk menaikkan atau menurunkan penumpang. Wal hasil perjalanan molor sampai dua kali lipat, lima jam kami berjibaku di dalam bus yang dikepung macetnya lalu lintas. Di dalam bus aku hanya diam dan bersabar, mungkin ini adalah cara Tuhan menguji kesabaran seorang hamba, layakkah hamba ini dkabulkan doa-doanya. Dengan kelapangan hati aku menerima semua yang telah terjadi seraya bersyukur karena dalam perjalanan diberikan keselamatan sampai tujuan.

            Sampailah kami berdua di terminal Bungurasih, Surabaya. Selepas rehat dan sholat ashar, kami bermaksud mencari penginapan di sekitar lokasi tes (BKN Sidoarjo). Sesampainya di penginapan yang tidak terlalu jauh dari terminal Bungurasih dan cukup jalan kaki dari lokasi tes, kami bebersih diri dan lanjut cari makan karena perut ini sejak tadi pagi belum diisi nasi. Warung kecil di depan gang, seorang ibu-ibu paruh baya berdiri di sana, kami menghampiri dan memesan dua porsi makan malam dan dua gelas tes hangat.

            Makanan datang dan ludes seketika, maklum perut sudah keroncongan sulit dikendalikan. Ibu penjual nasi mengajak ngobrol kami berdua dan kami pun terus terang kedatangan kami di Sidoarjo ini. Ibu itu mendoakan saya agar diberikan kelancaran dan keberkahan hasil yang terbaik untuk tes besok. Kami berdua pun meng-amin-i dan berucap terima kasih, doa dari orang yang tulus bagiku adalah sebuah karunia terbesar yang membuat hatiku adem ayem. Setelah membayar tagihan makan, kami berdua kembali ke penginapan dan beristirahat menyambut hari esok yang penuh tanda tanya.

            Keesokan harinya, setelah sarapan roti dan susu, saya dan kakak saya berjalan kaki menuju lokasi tes yang tak lebih dari lima ratus meter jika diukur dari penginapan. Pengantar tidak diperkenankan memasuki gerbang lokasi tes, alhasil saya sendirian masuk ke lokasi tes. Ternyata di sana telah banyak berjajar peserta tes yang menunggu antrian masuk ke gedung. Segeralah saya bergabung dengan mereka, kala itu kami berpakaian layaknya seorang pelamar kerja, kemeja putih dan bawahan hitam sambil menenteng amplop berkas lamaran. Setelah semua berkas verifikasi valid, kami mulai satu per satu memasuki ruang tes. Entah mengapa kala itu tidak ada rasa takut, khawatir atau cemas sama sekali, saya merasa yakin bisa menjawab semua soal dengan baik. Puji Tuhan setelah waktu tes selesai, saya dengan wajah full senyum keluar ruangan karena nilaiku cukup terbilang tinggi, semakin optmis diriku ini. Whahaha.

           

 

Tes Fisik dan Psikologi

            Malang adalah kota selanjutnya yang menjadi saksi bisu perjuangan, lagi-lagi saya ditemani oleh kakak tertua, tetapi kali ini kami memilih naik kereta sampai ke Surabaya dan melanjutkan perjalanan dengan naik bus kota sampai ke Malang. Kami berdua berangkat dari jauh-jauh hari (H-2) tujuannya untuk memulihkan fisik selepas perjalanan jauh. Karena jika datang di penginapan H-1 terlalu berisiko untuk kebugaran fisik yang mana tes kali ini mengandalkan kemampuan fisik.

            Lokasi tes berada di batalyon TNI AU, Abdurrahman Saleh, perjalanan motor memerlukan waktu tempuh seperempat jam dari lokasi penginapan. Sesampainya di lokasi, terlebih dahulu dilakukan pengecekan berkas lalu dilanjut tes kesehatan. Tes kesehatan tersebut meliputi pengukuran tinggi dan berat badan, tekanan darah, tes buta warna, mata rabun, dan wawancara dengan dokter. Setelah semua selesai, lanjut menuju tes kebugaran yang terdiri dari lari duabelas menit, pull up, push up, sit up, dan suttle run.

            Para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menjalani tes, tetapi penilaiannya tetap tiap individu. Tes paling awal adalah lari duabelas menit, saya memimpin di urutan paling depan dengan sepatu running (hasil minjem temen) yang sangat compatible untuk perlombaan lari semacam ini. Napasku terengah-engah ketika mencapai putaran ke empat, sekuat mungkin diriku ini kupaksaka untuk mencapai garis akhir tanpa berhenti berlari, inilah puncak akhir dari latihan lariku selama dua bulan terakhir, hasilnya harus yang paling maksimal, begitu kira-kira saya menyemangati diriku sendiri di tengah napas yang terengah-engah.

            Istirahat selama sepuluh menit dan lanjut push up (43kali), pull up (13kali), sit up (39kali), dan suttle tun (19detik). Setelah semua rangkaian tes hari ini selesai saya beranjak pulang dengan kakak saya yang telah menunggu di gerbang depan. Maka kami kembali ke penginapan dan beristirahat. Malam harinya teman saya se-angkatan SMA menghubungi saya, kebetulan dia sedang berada di Malang. Dia pun datang menemuiku di area penginapan bersama Pak Dhe nya, seorang pensiunan TNI AU. Kami berbincang sejenak dan saling mendoakan untuk kesuksesan tes yang tengah kujalani, kesuksesan temanku di kampus yang telah menerimanya, UM.

            Tes Psikologi berlokasi di Kantor BDK Malang yang jaraknya sepuluh menit dari penginapan. Kala itu saya datang lebih cepat karena hendak sekalian cari sarapan. Karena tak kunjung menemukan tempat makan dekat lokasi tes, akhirnya kami berdua mengorder go-food. Setelah orderan sampai, segeralah kusantap nasi sambal ayam dengan lahap di bawah rindanganya pohon pinggir jalan. Makanan kutandaskan dan kuteguk air minum secukupnya, berpamitan pada kakak dan masuk ke gedung BDK, siap membantai soal-soal ujian. Tak banyak yang dapat saya ceritakan terkait soal-soal tes psikologi karena adanya hitam di atas putih (pakta integritas) yang mengikat kesepakatan. Singkat cerita tes berjalan lancar jaya dan kami berdua balik ke Bojonegoro dengan selamat dan sentosa.

           

Tes Wawancara

            Akhir dari segala akhir, sayang sekali rasanya jika tidak maksimal dalam tes kali ini. Sempat saya berkonsultasi panjang lebar dengan guru saya yang ada di Singgahan mengenai tips-tips menjawab pertanyan wawancara. Mencari tutorial di youtube, bertanya pada yang lebih berpengalaman, dan latihan di depan cermin. Setelah siap materi dan mental, berangkatlah saya menuju BDK Malang, lokasi tes penentuan akhir nasib saya. Memasuki ruangan, registrasi, dan mulai wawancara. Wawancara dilakukakan secara online di ruang BDK, setiap peserta menempati satu ruangan. Pewawancara langsung dari panitia pusat, jadi petugas yang ada di BDK Malang hanya sebagai penyedia teknis pelaksanaan.

            Wawancara berjalan dengan lancar dan sumringah, tak jarang saya melempar senyuman maut untuk membuat situasi wawancara lebih cair dan menyenangkan. Tahap pertama saya diwawancarai oleh satu orang (lelaki) dan di tahap dua oleh dua orang (perempuan semua). Masing-masing wawancara berdurasi kurang lebih 45 menit dengan ruang lingkup pertanyan yang berbeda. Setelah wawancara usai, saya lekas menuju keluar gerbang dan menemui kakak. Sebelum kami pulang, terlebih dahulu kami sempatkan untuk healing kecil-kecilan di Museum Brawijaya, Malang.

 

Singgah di Surabaya

            Ibarat kata singgah tapi tak sungguh. Selama dua minggu aku akan menetap di Surabaya bersama dulur SMA yang menyewa sebuah rumah dekat kampus B Unair selagi menunggu pengumuman akhir PKN STAN. Selama dua minggu ini pula saya akan menjalani serangkaian PPKMB di Kampus Unair. Hari-hari penuh kesibukan penugasan dari kakak tingkat yang menjadi panitia Ospek. Setelah menjalani semua masa orientasi akhirnya tiba di penghujung acara, yaitu penutupan PPKMB. Acara tersebut dirancang cukup mewah dan diakhir acara ada kejutan yang tak disangka-sangka, kedatangan dua gubernur Jawa, Pak Ganjar Pranowo (Jawa Tengah) dan Bu Khofifah Indar Parawansa (Jawa Timur). Tak hanya itu acara ditutup dengan penampilan Band Kotak yang mengguncang aula kampus sampai seisi ruangan bergetar.

            Setelah rangakaian ospek selesai, saatnya perkuliahan Unair dimulai, sementara pengumuman seleksi PKN STAN semakin dekat. Tinggal menghitung hari, hari pertama perkuliahan Unair, malam harinya pengumuman STAN. Dag dig dug. Akankah hari pertamaku kuliah di Unair menjadi sekaligus hari terakhirku kuliah di Unair. Untuk hasil semua kupasrahkan pada yang Maha Kuasa.

            Hari pertama kuliah saya pulang persis ketika adzan isya’ berkumandang, saya kala itu tidak balik ke kontrakan yang dekat kampus B. melainkan di kontrakan lain (deket kampus C) milik kawan se-angkatan SMA juga. Di sana kami berkumpul menyaksikan pergantian malam yang penuh mendebarkan, kata kebanyakan orang, malam puncak penantian, tetapi kala itu sempatkan untuk tidur dari pukul sepuluh malam sampai jam tayang pengumuman (biasanya tengah malam). Toh jika memang rezeki tak akan kemana, ditinggal tidur pun takdir Allah tetap jalan, begitu kira-kira uneg-uneg hatiku kala itu.

            Benar saja, saya dibangunkan oleh teman secara keroyokan, lekas saya membuka laman pengumuman, perlahan memasukkan username dan password, mengunduh file pengumuman, dan mulai membaca perlahan isi pengumuman. Ketika kuketik namaku di pencarian, tak kunjung muncul namaku (0/0), hatiku mulai dag dig dug, apa iya saya ga lolos padahal ini sudah di babak paling akhir. Ya Allah opo Panjengengan Tego?. Sejenak kemudian saya menenagkan diri, ternyata data yang ditampilkan tadi untuk prodi Akuntansi Sektor Publik, sedangkan prodi yang kujadikan prioritas adalah Manajemen Keuangan Negara, wal hasil hati kembali tenang. Kawan-kawanku turut menenangkan diriku, Ya Kali Ga Lolos, coba cek yang MKN. Alhamdulillah, Puji Tuhan namaku terpampang jelas di lampiran pengumuman beriringan tanggal daftar ulang yang mengantarku ke gerbang Politeknik Keuangan Negara STAN. Sorak sorai memenuhi seisi kontrakan, gemuruh suara menggelegar memecah kesunyian malam. Ramai-ramai teman memberi ucapan selamat, baik teman yang ada di kontrakan atau ucapan selamat dari secara virtual. Berbondong-bondong mereka membikin Status Whats App, foto bergambar wajah saya memegang laptop yang menampilkan portal pengumuman serta tertulis di bawahnya PKN STAN is Real. Segera kukabari kedua orang tuaku yang ada di rumah dan katanya beliau tak bisa tidur semaleman menunggu kabar pengumuman dariku. Terima kasih Tuhan, terima kasih malam.

Bintaro, 16 Januari 2023

2 komentar:

  1. Ketika Tuhan mencumbui dan menggoda; terjebak macet arah Surabaya.

    Seperti halnya makanan, orang luar biasa juga memerlukan bumbu dan proses yang luar biasa pula. Kura2 begitu.

    Satu lagi, petuah Imam Syafii yg selalu terngiang: "orang yg tak mau merasakan lelahnya belajar, maka kelak harus mau menanggung pedihnya kebodohan"

    Mamgats lur, ini baru langkah awal!

    BalasHapus