Sebuah Jurnal #13

Bayangkan Saja

From Google

Satu kata

kecewa

Kecewaku pada uang yang tiba tiba hilang entah kemana

Dua kata

Sabar dan tabah

Sebuah Jurnal #12

Puisi Sang Pujangga

From Google

Mekar hati sang pujangga

Kata kata berderet di atas meja

Melumat nasihat nasihat

Menebar fatwa para ulama

Bercermin pada sabda baginda

Mencoba merangkai kata

Merapikan sajak sajak

Sebuah Jurnal #11

Uluran Tangan

From Google

Komedo tumbuh subur di hidungku

Benalu berakar lebat di wajahku

Lumut hati menutupi kiruput wajahku

Reremputan ilalang di atas pundakku

Bunga mawar tumbuh di kedua telingaku

Semak belukar tumbuh rimbun di dadaku

Pepohonan rindang tumbuh lebat di punggungku

Kau kira aku ini siapa

Sebuah Jurnal #10

Merapal mantra

From Google

Di kala fajar bergaun merah muda

Dingin pagi yang membias ingatan

Seorang perempuan tua

Bangkit dari tidurnya

Membasuh muka

Menggilas keriput wajahnya

Sebuah Jurnal #09

Kemanusiaan

From Google

Kemanusiaan terkoyak di ujung tombak

kebingungan adalah bencana besar

Berdiam diri diatas kursi singgasana

Menyaksikan pertumpahan darah

Manusia berarak

Tapi kami masih saja diam

Lambung kami mengembung dan mengempis

Sebuah Jurnal #08

Doa Selamat

From Google

Kami kembali bersolawat

Mendendangkan doa doa

Memohon limpahan rahmat untuk sang baginda

Semoga tetap tercurahkan untuknya

Kami memukul bedug

Menampar terbang

Berbisik pada mikrofon

Suara kami jadi melengking

Edisi Khusus

Makna Seekor Angsa

Oleh : Ahmad Choirul Annas

From Google

    Menurutmu apa makna dari seekor angsa yang kamu rawat sejak lahir ? apapun jawabanmu bagiku itu sungguh sesuatu yang mengagumkan, sebab saya sendiri belum nenemukan makna dan filosofi dari seekor angsa yang kami rawat sejak lahir.

Sebuah Jurnal #07

Sajak Makan Malam

From Google

Malam itu tiba

Yang kunanti nantikan selama sepekan

Mengharap keuanganku bisa kembali normal

Dan pada dasarnya ini bukan hanya

Soal uang

Ini soal rasa

Sebuah Jurnal #06

Apa yang Saya Dapatkan ?

From Google

Apa yang sebenarnya saya dapatkan
Apakah ilmu manfaaat

Atau hanya rasa lelah

Keilmuan tak sampai hati masuk

ke dalam otak

Sebuah Jurnal #05

Bukan Puisi Romantis

from Google

Meski kau tahu persis raut wajahku

Tapi kau tak tahu apa yang ada di hatiku

Mungkinkah ada kau di dalamnya

Atau hanya dendam yang membara

Yang kau sulut dipenghujung tahun

Saat mentari mulai tenggelam

Edisi Khusus

Rekap Tugas Literasi

Suhubung dengan tugas yang diberikan oleh guru terkait penulisan sebuah karya ilmiah hasil observasi dan sebuah opini tentang sosial/ budaya/ ekonomi/ pendidikan, maka kami selaku pengelola blog "my poetry" secara resmi akan mempublikasikan hasil rekap tugas literasi ananda Ahmad Choirul Annas. Data ini dibuat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan sebaik-baiknya.

1. Karya Ilmiah Hasil Observasi kelas X, klik disini
2. Opini Seputar Sosial, Budaya, Ekonomi dan Pendidikan, klik disini

Copyright @2020

Sebuah Jurnal #04

Ada, Tapi Tak Berdaya

From Google

Binar matamu

Menggerus hatiku

Dekap langkahmu

Menggetarkan hatiku

Sebuah Jurnal #03

Bermainlah bersama Hujan

From Google

Kata guruku

Air hujan itu banyak manfaatnya

bagi kesehatan

Aku dengarkan baik-baik

Kata demi kata yang beliau lontarkan

Beliau menuturkan

Kalau tiba waktu hujan

Jangan kau larang anak-anakmu

untuk hujan-hujanan

Sebuah Jurnal #02

Berdebatlah !

From Google

Aku diam saja

Menyaksikan kau berdebat dengan seorang kawan

Bukannya aku tak paham soal apa yang kau debatkan

Sebuah Jurnal #01

Lala Pada Mu

From Google

Air mengalir kemana-mana

Tumpah ruah

Adzan berkumandang

Speker pengeras suara melengking

Ratusan langkah kaki memecah genangan air

Dedaunan berguguran

Hujan !

Hujan Turun

Hujan mendera atap bangunan

Tempias air muncrat kemana-mana

Membanjri selokan

Mengalir ke sungai

Masuk ke tanah

Diserap akar tanaman

Tanah menjadi basah

Berdoa

Maka Berdoalah

Dok. Pribadi

Aku beribadah

Berdiri

Rukuk

I’tidal

Sujud

Duduk diantara dua sujud

Mengucap salam

Mengangkat tangan

Menengadah

Rindu Ibu

Sehat Selalu IBU

from google

Ibu, teriakku kencang

Hingga dinding hatiku menebal

Dengan selaput rindu

Untuk bisa melihatmu, menyaksikanmu merawatku

Kala kecil dulu

Peduli Lingkungan

Hidup Karena Hutan

Aku sendirian masuk hutan

Menebas rerumputan

Menebang pepohonan

Membelah gelondongan kayu hutan

Siap kubawa pulang

Tapi nanti nanti setelah kudapatkan hewan buruan