Selasa, 17 Desember 2024

Sebuah Jurnal #53

 

Upil



Segumpal upil nyelip disela lubang hidungmu

Bertapa diantara rimbunnya rambut hidungmu

Secercah cahaya menyelinap masuk ke sela sela lubang hidungmu

Aku semakin terpana ketika kau mengernyitkan hidung

Semakin jeli pula kulihat posisi upil itu

Rupanya sang upil sedikit bergeser ke arah kanan

Ahh kenapa pula kau menyeka hidungmu

Tidakkah kau tahu upil itu merasa semakin terusik

Sepertinya ia tak lagi betah di lubang sempit itu

Sekejap pandanganku teralihkan

Tiba tiba saja suaramu melengking keras

Sontak membuatku terperanjat

Rupanya aku tengah berada di perbincangan

Entah mengapa aku merasa bosan mendengar ceritamu itu

Kau yang selalu mengobral soal masa lalu

Aku menjadi jenuh dengan obrolan kita petang itu

Bisakah kita cukup saling memadu kasih

Menabur benih benih cinta

Menjajakan cerita cerita romantis

Meracik racun kesetiaan dan penghambaan

Alangkah durjananya dunia diciptkan jika tanpa sepenggal cinta

Maafkanlah aku terlanjur lala padamu

Aku merasa tak berdaya di hadapmu

Aku terjatuh dan terpontang panting karenamu

Sekali lagi kukatakan padamu

Aku mencintaimu layakmu upil yang bersarang di hidungmu, itu

Tangerang Selatan, 17 Desember 2024

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar