Sabtu, 21 Maret 2020

Sebuah Jurnal #25


Si Gadis Pemberang


From Google
Sebuah tekanan atau sebuah tantangan
Kiranya dua hari yang menyebalkan
Aku sedang salah medeskripsikan
Tumpukan tugas
Kepungan pertanyaan
Deadline yang meski dikejar
Bagiku adalah sebuah tekanan
Tekanan yang teramat tajam
Hingga pundakku lemas dihamtam boomerang
Tapi otakku meski harus terus diputar
Mencari jalan
Semoga rembulan kan tetap ada nanti malam
Disanalah raga ini bisa kubaringkan
Menghadap langit
Menatap bintang
Semoga terbayang wajah gadis si pemberang
Yang lahir dan tumbuh besar dikerajaan
Si gadis memang menantikan
kedatangan seorang pangeran
Tetapi pangeran tak pernah datang
Kecuali hanya berpakaian ala kadar
Berkuda ringkih dan sakit-sakitan
Menyapa dengan kasar
Seperti tak punya adab kesopanan
Tapi apa?
Si gadis pemberang hanya diam
Ia sepakat dengan pernikahan yang akan digelar
Patut saja,
Baru kali ini ada seorang pangeran
mengajak si gadis pemberang menuju pelaminan
pesta pernikahan sudah disiapkan
tapi si pangeran tak kunjung datang
hingga tibalah ia dengan pakaian
yang tak layak dikenakan
ia berjalan di tengah kerumunan orang
membentak dan bersikap kasar
tapi pernikahan tetap dilangsungkan
si gadis pemberang hanya diam
merasa malu melihat tingkah suaminya
seusai pesta pernikahan
sang pangeran bertingkah aneh
sikapnya berubah jadi pemberang
yang bahkan lebih berang dari
sikap istrinya dulu yang pemberang
tapi apa yang ia dapatkan
sang pangeran diam diam sedang menjinakkan
si gadis pemberang
si gadis pemberang jadi gadis taat suaminya
tetapi sekali lagi aku berpikir
akan kah otakku yang pemberang ini
akan jinak dengan semua dalih yang aku siasati
semoga saja demikian
Ahmad Choirul Annas
Bojonegoro, 22 Maret 2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar