Hati
Hati yang rapuh
Hati yang mudah luluh
Hati yang kotor dan keruh
Hati yang tak mudah untuk sembuh
Hati yang terlalu setia dan berharap bisa tumbuh
Hati yang lugu dan mudah sekali terbuai ambisi yang angkuh
Hati
Hati yang rapuh
Hati yang mudah luluh
Hati yang kotor dan keruh
Hati yang tak mudah untuk sembuh
Hati yang terlalu setia dan berharap bisa tumbuh
Hati yang lugu dan mudah sekali terbuai ambisi yang angkuh
Sebuah Hubungan
Seperti apa rasanya kepala digantung
Seperti apa rasanya hubungan tanpa saling berkabar
Seperti apa rasanya segelas air mata hangat
Seperti apa rasanya olahan hati cincang
Seperti apa enaknya menyantap sepiring harapan
Puisi Seorang
Terpelajar
Oleh Ahmad Choirul
Annas
Telah sampai sudah kakiku melangkah
Kaki yang melangkah dengan gegabah
Tangan yang mengepal menahan lelahnya belajar
Mata yang memerah sebab terpaksa begadang setiap kali tugas
datang
Badan yang setiap kali harus terpontang panting terseret
hiruk pikuk dunia perkuliahan
Tubuh yang kerap kali terkapar lemah setiap pulang kuliah
Pikiran yang dipaksa tetap tenang meski kesibukan berdatangan
dengan seribu tuntutan
Ibuku Bernama Kartini
Kau tau tidak?
ibuku ini seorang penjahit hebat
Dikumpulkannya secercah kain lembaran sejarah dari tubuh wanita yang putih pucat
Wanita-wanita yang diremehkan oleh sejarah yang berlari begitu cepat
Dijahitnya lembaran sejarah yang telah keruh hitam pekat
Dirangkainya menjadi busana yang molek dan memikat
Dipasangkanlah busana itu pada relung jiwa wanita tangguh dan kuat
Niscaya kelak akan menjadi perisai pelindung umat
Kakek Tua Tunanetra
duduk bersila di depan gereja
di sampingku ada seorang kakek tua tunanetra
aku sama sekali tak mengajaknya bicara
ia nampaknya enggan enggan untuk bicara
sibuk dengan merapal mantra
kuperhatikan sejak pagi dini hari
kedua tangannya menengadah ke langit
dilihat dari caran dia berdoa bisa disangka ia orang islam
yang taat
tetapi kemudian aku berubah pikiran
setelah kudengarkan dengan seksama apa yang ia baca
bisa disangka ia orang tiong hoa