Selasa, 17 Desember 2024

Sebuah Jurnal #53

 

Upil



Segumpal upil nyelip disela lubang hidungmu

Bertapa diantara rimbunnya rambut hidungmu

Secercah cahaya menyelinap masuk ke sela sela lubang hidungmu

Aku semakin terpana ketika kau mengernyitkan hidung

Semakin jeli pula kulihat posisi upil itu

Rupanya sang upil sedikit bergeser ke arah kanan

Senin, 16 Desember 2024

Sebuah Jurnal #52

 

Parfum



Ingatanku pada dirimu tiba-tiba kembali menguasaiku

Aroma parfum yang kau kenakan itu

Menggumpal dalam ingatanku

Mengetukkan sebuah irama luka

Mengguratkan sayatan penuh makna

Dari dalam relung hati yang paling rapuh

Lonceng keramat itu bergetar hebat

Sebuah Jurnal #51

 

Oh libur ya



Disinilah aku

Termenung sendiri di dalam sebuah ruangan mungil

Duduk menghadap layar monitor

Sebut saja aku seorang penganggur

Pemuda baruh baya yang tak tahu harus berbuat apa

Cuti akhir tahun memang telah tiba

Tapi apa?

Sabtu, 18 November 2023

Sebuah Jurnal #50

 

Hati



Hati yang rapuh

Hati yang mudah luluh

Hati yang kotor dan keruh

Hati yang tak mudah untuk sembuh

Hati yang terlalu setia dan berharap bisa tumbuh

Hati yang lugu dan mudah sekali terbuai ambisi yang angkuh

 

Sebuah Jurnal #49

 Sebuah Hubungan



Seperti apa rasanya kepala digantung

Seperti apa rasanya hubungan tanpa saling berkabar

Seperti apa rasanya segelas air mata hangat

Seperti apa rasanya olahan hati cincang

Seperti apa enaknya menyantap sepiring harapan

 

Rabu, 04 Oktober 2023

Sebuah Jurnal #48

 

Puisi Seorang Terpelajar

Oleh Ahmad Choirul Annas


Telah sampai sudah kakiku melangkah

Kaki yang melangkah dengan gegabah

Tangan yang mengepal menahan lelahnya belajar

Mata yang memerah sebab terpaksa begadang setiap kali tugas datang

Badan yang setiap kali harus terpontang panting terseret hiruk pikuk dunia perkuliahan

Tubuh yang kerap kali terkapar lemah setiap pulang kuliah

Pikiran yang dipaksa tetap tenang meski kesibukan berdatangan dengan seribu tuntutan

Jumat, 24 Maret 2023

Sebuah Jurnal #47

Ibuku Bernama Kartini



Kau tau tidak?

ibuku ini seorang penjahit hebat

Dikumpulkannya secercah kain lembaran sejarah dari tubuh wanita yang putih pucat

Wanita-wanita yang diremehkan oleh sejarah yang berlari begitu cepat

Dijahitnya lembaran sejarah yang telah keruh hitam pekat

Dirangkainya menjadi busana yang molek dan  memikat

Dipasangkanlah busana itu pada relung jiwa wanita tangguh dan kuat

Niscaya kelak akan menjadi perisai pelindung umat