Sepintas
Hanya sepintas
Aku melihat sesosok
gadis berparas
Rambutnya tergerai
lemas
Kakinya tak beralas
Senyumnya manis melukis
kanvas
Sedang aku duduk disini
menyedu kopi panas
Akhir-akhir ini hariku
semakin buas
Sepintas
Hanya sepintas
Aku melihat sesosok
gadis berparas
Rambutnya tergerai
lemas
Kakinya tak beralas
Senyumnya manis melukis
kanvas
Sedang aku duduk disini
menyedu kopi panas
Akhir-akhir ini hariku
semakin buas
Rindu Kamu
Lembayungku jatuh
Diterpa angin ribut
Hujan turun
Melempar embun
Sepintas aku rindu
Kamu
Aku sembahyang
Merapal mantra dan doa
Untuk kebahagianmu
Gitar
Senar gitar dipetik
Aku mendengar ratusan
leher di cekik
Dawai lagu mulai diayun
Aku melihat puluhan
keranda datang berduyun-duyun
Nada-nada bergerak ke atas dan kebawah
Ruang Rindu
Di dalam ruang rindu
Kita duduk
Berdua saja
Aku menatap binar
matamu
Sedang kau duduk
terdiam
Wajahmu terbalut manis
Menahan senyum
Melukis lesung
Tragedi Bintaro
Masih ingatkah kau?
Sebuah tragedi di Bintaro
Dua kereta saling
menabrak
Hilang kendali
Tumpahan darah
membasahi Jakarta
Hilang muka
Malam
Tolong katakan pada
malam
Aku benci padanya
Sebab ia waktuku untuk
dekat dengannya jadi sia-sia
Malam selalu saja
berlari kencang
Tak sekali pun pernah
berjalan pelan
Aku penasaran
Sebenarnya apa yang kau
kejar?
Semu
Rasa angkuh itu
Seperti serbuk mesiu
Meledak-ledak dalam
hulu
Tengelam dalam arus
sendu
Terkoyak oleh amukan
lindu
Terkapar di atas dadu
Merenung di bawah
cahaya lampu
Mengiris kalbu
Merakit sajak-sajak
rindu
Beralih ke masa lalu
Rembulan Itu
Rembulan malam ini sayang
Indahnya tak pernah
terbayang
Langit hitam
Angkasa penuh gemintang
Dibawah remang-remang
cahaya rembulan
Aku dan kamu duduk
berhadapan
Aku memandangi raut
wajahmu sayang
Sumringah penuh gairah
Sebuah Surat
Sore itu
Angin bertiup kencang
Berputar-putar
Selembar surat ikut
berayun
Terbang melintasi
pepohonan rindang
Berhenti
Masuk ke dalam parit
Di
Bawah Sinar Rmbulan
Malam hari di sebuah masjid tua
Dindingnya mulai rapuh
Warnanya memudar
Atapnya merekah
Karpet berdebu
Mikrofon jadul di atas mimbar kayu
Kemudian aku berjalan
Suara Alam
Suara alam membuatku kembali tenang
Suara kemricik air mengalir
Derasnya sungai menghantam batuan pinggir kali
Suara burung murai berkicau diatas ranting
Suara dedaunan jatuh dari pohon
Suara jangkrik di malam hari
Sudut Masjid
Duduk bersandar pada tiang masjid
Diatas lembar sajadah
Dibawah atap beton
Masjid tanpa kubah
Rupa dinding warna coklat
Masjid itu nampak terbuka
Terbuka untuk siapa saja
![]() |
From Google |